Barcelona awalnya menolak masuk ke European Super League. Foto: Getty Images/Fran Santiago)

Joan Laporta selaku presiden Barcelona sempat menolak gagasan European Super League. Tetapi, krisis yang sedang di alami oleh klub Barcelona ini tidak ada pilihan lain.

Hal tersebut banyak tentangan dari banyak pihak karena dianggap bisa mencederai nilai sportivitas olahraga tersebut, sekaligus bisa membuat jurang perbedaan antara klub kaya dan klub miskin menjadi semakin lebar.

Bahkan UEFA dan FIFA sudah menolak keras adanya European Super League. UEFA sendiri sudah mengancam klub-klub akan ditendang dari kompetisi yang berada di bawah pengawasan mereka, sementara itu para pemainnya dilarang tampil di Piala Eropa ataupun Piala Dunia.

Mengenai masalah tersebut, Florentino Perez sebagai Presiden European Super League memakluminya. Namun, kompetisi itu harus dijalankan karena kondisi keuangan ke-12 klub itu sedang gawat akibat dari pandemi virus corona.

Lalu Perez langsung memberikan contoh kepada Barcelona yang saat ini dipimpin oleh Laporta. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu awalnya menolak gagasan Europan Super League.

"Saya merasa kalau European Super League dapat membunuh industri sepakbola," kata Laporta kepada Cope pada bulan Januari lalu.

Akan tetapi, krisis financial Barcelona yang membuat utang semakin banyak sampai 1 miliar euro membuat Laporta mau tidak mau menerima tawaran Europan Super League. Uang penampilan 300 juta pounds di awal bisa membuat Barcelona kembali hidup.

"Saat ini Barcelona berada di dalam situasi yang sulit karena krisis keuangan, Laporta langsung mengerti dan menerima ajakan seperti halnya klub-klub top lainnya," kata Perez seperti yang dikutip Marca.

"Liga Super ini bisa menyelamatkan dunia sepakbola. Tidak sulit meyakinkan Joan Laporta, karena dirinyalah yang bertanggung jawab untuk klub dan fans," sambungnya.